Hakekat Bimbingan
Menurut
Frank Parson, bimbingan adalah sebagai bantuan yang diberikan kepada
individu untuk dapat memilih,mempersiapkan diri dan memangku suatu
jabatan dan mendapat kemajuan dalam jabatan yang dipilihnya” Sedangkan
menurut crow & Crow, bimbingan adalah bantuan yang diberikan oleh
seseorang, laki atau perempuan, yang memiliki kepribadian yang memadai
dan terlatih dengan baik kepada individu-individu setiap usia untuk
membantunya mengatur kegiatan hidupnya sendiri, mengembangkan pandangan
hidupnya sendiri, membuat keputusan sendiri dan menanggung bebannya
sendiri.
Senada
pula, Djumhur dan M. Surya mengungkapkan bahwa bimbingan adalah suatu
proses yang berlangsung terus menerus dalam hal membantu Individu dalam
perkembangannya untuk mencapai kemampuan secara maksimal dalam
mengarahkan manfaat yang sebesar-besarnya bagi drinya maupun bagi
masyarakat. Prayitno, bimbingan adalah bantuan yang diberikan kepada
siswa-siswa baik secara perorangan (individu) maupun kelompok agar
mereka dapat berkembang menjadi pribadi-pribadi yang mandiri. Praytno,
mengatakan bahwa Bimbingan adalah (B = Bantuan, I =Individu, M =
Mandiri, B = Bahan, I = Interaksi, N = Nasehat, G = Gagasan, A = Asuhan
dan N = Norma.
Sedangkan Miller, Djumhur dan M. Surya, bimbingan adalah bantuan
terhadap individu untuk mencapai pemahaman dan pengarahan diri yang
dbutuhkan untuk melakukan penyesuaian diri secara maksimal kepada
sekolah, keluarga serta masyarakat”. Sedangkan ,menurut Peraturan
Pemerintah No. 28/1990 tentang Pendidikan Dasar, pasal 25 ayat 1,
dikatakan bahwa :
“Bimbingan
merupakan bantuan yang diberikan kepada siswa dalam rangka upaya
menemukan pribadi, mengenai lingkungan, dan merencanakan masa depan”.
Bimbingan dalam rangka menemukan pribadi,
mengandung makna bahawa guru kelas dalam kaitannya dengan pelaksanaan
bimbingan diharapkan mampu memberikan bantuan kepada siswa, seperti
orang tua/wali, agar dengan keinginan dan kemampuannya dapat mengenal
kekuatan dan kelemahan yang dimiliki siswa serta menerimanya secara
positif dan dinamis sebagai modal pengembangan diri lebih lanjut. Proses
pengenalan harus ditindaklanjuti dengan proses penerimaan.
Bimbingan dalam rangka mengenal lingkungan,
mengandung makna bahwa guru seyogyanya mampu memberikan kemudahan
(bantuan) kepada siswa dan pihak-pihak yang dekat dengannya, untuk
mengenal lingkungannya sekolahnya dengan baik, mengenai fungsi dari
semua fasilitas sekolah, termasuk lingkungan yang ada diluar sekolah.
Siswa hendaknya mampu mengenal secara lebih baik fungsi dari semua
fasilitas yang ada di sekolahnya, yang pada gilirannya akan mampu
mengoptimalkan siswa yang bersangkutan dalam menggunakan dengan baik.
misalnya mengenalkan fungsi perpustakaan yang ada disekolah, termasuk
jenis koleksi, peraturan, petugas dan jadwal penggunaan perpustakaan
serta pengenalan labolatorium, sarana olah raga yang ada di sekolah,
serta fasilitas lainnya juga perlu diperlukan.
Bimbingan agar siswa mamapu merencanakan masa depannya,
mengandung makna bahwa guru diharapkan mampu membantu siswa menganal
berbagai jenis pekerjaan dan pendidikan yang ada dilingkungan
sekitarnya, serta mengembangkan cita-cita siswa sesuai dengan pengenalan
siswa akan berbagai jenis pekerjaan.
Djumhur dan Surya membagi 6 jenis bimbingan yaitu; bimbingan pengajaran/belajar (Instruction Guidance), bimbingan pendidikan (Educational Guidance), bimbingan pekerjaan (Vocational Guidance), bimbingan sosial (Social Guidance), bimbingan dalam menggunakan waktu senggang (Leisure Time Guidance) dan bimbingan dalam masalah-masalah pribadi (Personal Guidance)
Inti dari bimbingan adalah supaya peserta didik yang selanjutnya disebut konseli,
agar mampu mengembangkan potensi dirinya atau mencapai tugas-tugas
perkembangannya (menyangkut aspek fisik, emosi, intelektual, sosial, dan
moral-spiritual). Konseli sebagai seorang individu yang sedang berada
dalam proses berkembang atau menjadi (on becoming),
yaitu berkembang ke arah kematangan atau kemandirian. Untuk mencapai
kematangan tersebut, konseli memerlukan bimbingan karena mereka masih
kurang memiliki pemahaman atau wawasan tentang dirinya dan
lingkungannya, juga pengalaman dalam menentukan arah kehidupannya.
Disamping itu terdapat suatu keniscayaan bahwa proses perkembangan
konseli tidak selalu berlangsung secara mulus, atau bebas dari masalah.
Dengan kata lain, proses perkembangan itu tidak selalu berjalan dalam
alur linier, lurus, atau searah dengan potensi, harapan dan nilai -
nilai yang dianut.
0 komentar:
Posting Komentar
lakukan yang terbaik