onsep Islam
tentang generasi unggul,adalah sekelompok manusia yang lahir
kurang-lebih dalam
situasi dan kondisi masa yang sama, terlibat secara sadar dan
sungguh-sungguh dalam aktifitas pendidikan dan pembudayaan diri
berlandaskan ajaran Islam, yang
dengan itu akhirnya menjadi insan yang berkualitas, mampu berperan
sebagai
khalifah Allah swt di muka bumi dan sekaligus menjadi hamba yang shalih,
demi
kebahagiaan hidup di dunia maupun akhirat. Dalam konteks Indonesia,
ciri-ciri
dan kriteria generasi unggul adalah yang beriman kepada Tuhan Yang Maha
Kuasa,
bertaqwa, berakhlaq mu-lia, cerdas, trampil atau berkeahlian dalam
bidang
tertentu, dan akhirnya mampu bertanggung jawab atas terwujudnya baldatun
thayyibatun wa Rabbun Ghafuur.
Di
tengah era reformasi yang penuh keterbukaan dan kebebasan dewasa ini,
momentum terwujudnya
generasi muda yang unggul di Indonesia terbuka luas, mengingat tidak ada
lagi
se-kat kebijakan publik yang menjadi penghambatnya. Namun tidak berarti,
segala
yang diidealkan pasti terwujud dengan mulus. Oleh karena, era
keterbukaan dan
kebebasan mengandung konse-kuensi terjadinya persaingan, baik secara
internal di
antara individu atau berbagai kelompok ma-syarakat yang ada di
Indonesia,
maupun secara eksternal dengan kemajuan pendidikan dan kebu-dayaan
bangsa lain
atas nama serta sebagai akibat arus globalisasi. Siapa saja yang pada
akhirnya
mampu bertahan apalagi mencapai kemenangan dalam persaingan bebas
tersebut,
merekalah ge-nerasi unggul yang sesungguhnya. Sementara, yang tetap
berkubang
pada ketidak sadaran terha-dap apa yang seharusnya dilakukan pada era
global
dewasa ini, jadilah mereka generasi mandul yang bakal tersingkir dari
peredaran
zaman.
Antara pendidikan dan kebudayaan, satu segi memang bisa dipilah atau dibedakan, tetapi secara hakiki tidak mungkin dipisahkan. Pendidikan adalah gejala kebudayaan, demikian judul sebuah buku di bidang kependidikan yang cukup populer pada tahun tujuh puluhan di abad yang lalu. Dalam lingkup suatu bangsa, seperti apa wujud aktifitas pendidikan yang terselenggara di seluruh kawasan negeri, maka sepadan dengan itulah tingkat kebudayaan yang tengah berkem-bang dan berhasil dicapainya. Oleh karena, melalui institusi dan aktifitas pendidikanlah kebuda-yaan suatu bangsa mendapat saluran untuk ditransmisikan oleh generasi tua kepada generasi ber-ikutnya, sambung-menyambung sedemikian rupa sehingga terjaga kelestariannya. Sementara, di era modern dewasa ini, melestarikan kebudayaan hanya berarti jika sekaligus juga mengembangkannya sesuai tuntutan zaman melalui jalur pendidikan. Jika ada langkah memajukan pendidikan di suatu bangsa, yang sesungguhnya terjadi adalah sebagai pertanda bahwa kebudayaan bangsa tersebut tengah mengalami gerak kemajuannya.
Dalam perspektif ajaran Islam, ada keterkaitan antara fthrah, kebudayaan dan pendidikan. Islam. Fithrah, adalah potensi dasar anak manusia yang dianugerahkan oleh Allah swt, dan kare-nanya merupakan pembawaan semenjak lahir ke dunia. Ibarat benih tanaman, fithrah memerlu-kan wahana yang kondusif bagi keberhasilan untuk tumbuh dan perkembangannya. Semakin ba-ik wahana yang tersedia dan berfungsi sebagai pendukung keberadaannya, niscaya semakin ba-gus proses dan hasil perkembangan fithrah tersebut. Wahana pengembangan fithrah manusia, itu-lah kebudayaan (Islam). Sedangkan pendidikan Islam, merupakan usaha atau langkah untuk me-ngembangkan fithrah (potensi) itu, guna mencapai tujuan ideal yang dicita-citakan. Berarti, pe-ngembangan fithrah manusia dilakukan oleh kegiatan edukatif yang disebut pendidikan Islam, dan tingkat keberhasilannya dipengaruhi atau malah ditentukan oleh kondisi dan maju atau mun-durnya kebudayaan Islam yang ada di daerah tertentu.
Dalam perspektif Islam dan keindonesiaan, bagaimana mewujudkan generasi unggul ber-basis pendidikan dan kebudayaan, di antara langkah strategis yang selaiknya ditempuh adalah te-rus mendorong dan mengupayakan terselenggaranya institusi dan aktifitas pendidikan, yang siap mengantarkan peserta didik untuk menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi secara tuntas di satu fihak, serta memiliki kekokohan iman dan taqwa kepada Allah swt di fihak lain. Institusi dan aktifitas pendidikan sebagai dimaksud, misalnya bisa dalam bentuk pondok pesantren, ma-drasah, atau sekolah Islam, dari jenjang taman kanak-kanak hingga perguruan tinggi, disertai kerja sama yang harmonis dengan pendidikan Islam in dan non formal seperti pengasuhan anak di lingkungan keluarga, pemanfaatan secara positif media massa, penyelenggaraan majlis ta’lim, kursus privat keagamaan, dan lain sebagainya.
Sesuai dengan realitas kehidupan yang terus bergerak semakin maju, integrasi ketiga je-nis institusi pendidikan Islam (pesantren, madrasah, sekolah), tampaknya merupakan alternatif paling baik. Misalnya, institusi pesantren dikelola secara profesional, di dalamnya ada madrasah, sekolah Islam atau bahkan perguruan tinggi, di mana peserta didik memperoleh lingkungan edukatif yang benar-benar menjamin kekokohan iman dan taqwa kepada Allah swt, di samping penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Menarik kiranya untuk dikemukakan contoh, ada pesantren yang semula dikenal tradisional dalam mengajarkan ilmu dan amaliah keislaman. De-ngan semangat ingin mencapai kualitas pendidikan Islam, akhirnya menyelenggarakan Sekolah Menengah Atas (SMA). Sesuai basis kepesantrenannya, peserta didik di sekolah tersebut tentu-lah menguasai bahasa Arab dengan baik, hafal nazhaman kitab Alfiyah yang seribu bait itu, dan trampil membaca kitab kuning. Melalui sistem pembelajaran di sebuah komplek asrama yang ter-tata rapi disertai disiplin dalam menjalankan aturan, ternyata peserta didik juga menguasai baha-sa Inggris, matematika, fisika, biologi, kimia dan ilmu pengetahuan umum lainnya dalam standar SMA Negeri terbaik di daerah itu.
Institusi dan aktifitas pendidikan Islam yang diselenggarakan dalam sebuah atmosfir bu-daya religius-edukatif, yang dikondisikan sedemikian rupa untuk memenuhi syarat profesional, akhirnya berhasil mewujudkan genersi muda Islami yang unggul, dalam pengetian kokoh meme-gang teguh ilmu dan menjalani amaliah keagamaan, sekaligus menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi menurut tuntutan zaman modern. Profil generasi muda muslim seperti itulah yang kira-nya menjadi idaman, yakni sosok kepribadian muslim yang sempurna, kompeten dalam urusan duniawi dan sekaligus religius bagi kepentingan ukhrawi. Bukan sebagaimana banyak terjadi, hebat dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, namun lemah di bidang keagamaan. Atau sebaliknya, menguasai ilmu dan amaliah keagamaan cukup mendalam, tetapi lemah dalam kehidupan duniawi. Islam tidak selaras dengan jenis-jenis kelemahan semacam itu, melainkan di dunia sejahtera dan di akhirat bahagia. Generasi unggul, adalah mereka yang berhasil mencapai kebahagiaan dunia dan sekaligus akhirat.
Generasi unggul menurut ukuran Islam dan Keindonesiaan, langkah perwujudannya tidak lain adalah dengan cara mengembang-kan model pendidikan yang di satu fihak menjamin terbentuknya peserta didik yang kokoh iman dan taqwanya kepada Allah swt, dan dilain fihak juga menguasai secara tuntas ilmu pengetahuan dan teknologi modern. Semoga dengan segala keterbatasan yang ada.
Antara pendidikan dan kebudayaan, satu segi memang bisa dipilah atau dibedakan, tetapi secara hakiki tidak mungkin dipisahkan. Pendidikan adalah gejala kebudayaan, demikian judul sebuah buku di bidang kependidikan yang cukup populer pada tahun tujuh puluhan di abad yang lalu. Dalam lingkup suatu bangsa, seperti apa wujud aktifitas pendidikan yang terselenggara di seluruh kawasan negeri, maka sepadan dengan itulah tingkat kebudayaan yang tengah berkem-bang dan berhasil dicapainya. Oleh karena, melalui institusi dan aktifitas pendidikanlah kebuda-yaan suatu bangsa mendapat saluran untuk ditransmisikan oleh generasi tua kepada generasi ber-ikutnya, sambung-menyambung sedemikian rupa sehingga terjaga kelestariannya. Sementara, di era modern dewasa ini, melestarikan kebudayaan hanya berarti jika sekaligus juga mengembangkannya sesuai tuntutan zaman melalui jalur pendidikan. Jika ada langkah memajukan pendidikan di suatu bangsa, yang sesungguhnya terjadi adalah sebagai pertanda bahwa kebudayaan bangsa tersebut tengah mengalami gerak kemajuannya.
Dalam perspektif ajaran Islam, ada keterkaitan antara fthrah, kebudayaan dan pendidikan. Islam. Fithrah, adalah potensi dasar anak manusia yang dianugerahkan oleh Allah swt, dan kare-nanya merupakan pembawaan semenjak lahir ke dunia. Ibarat benih tanaman, fithrah memerlu-kan wahana yang kondusif bagi keberhasilan untuk tumbuh dan perkembangannya. Semakin ba-ik wahana yang tersedia dan berfungsi sebagai pendukung keberadaannya, niscaya semakin ba-gus proses dan hasil perkembangan fithrah tersebut. Wahana pengembangan fithrah manusia, itu-lah kebudayaan (Islam). Sedangkan pendidikan Islam, merupakan usaha atau langkah untuk me-ngembangkan fithrah (potensi) itu, guna mencapai tujuan ideal yang dicita-citakan. Berarti, pe-ngembangan fithrah manusia dilakukan oleh kegiatan edukatif yang disebut pendidikan Islam, dan tingkat keberhasilannya dipengaruhi atau malah ditentukan oleh kondisi dan maju atau mun-durnya kebudayaan Islam yang ada di daerah tertentu.
Dalam perspektif Islam dan keindonesiaan, bagaimana mewujudkan generasi unggul ber-basis pendidikan dan kebudayaan, di antara langkah strategis yang selaiknya ditempuh adalah te-rus mendorong dan mengupayakan terselenggaranya institusi dan aktifitas pendidikan, yang siap mengantarkan peserta didik untuk menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi secara tuntas di satu fihak, serta memiliki kekokohan iman dan taqwa kepada Allah swt di fihak lain. Institusi dan aktifitas pendidikan sebagai dimaksud, misalnya bisa dalam bentuk pondok pesantren, ma-drasah, atau sekolah Islam, dari jenjang taman kanak-kanak hingga perguruan tinggi, disertai kerja sama yang harmonis dengan pendidikan Islam in dan non formal seperti pengasuhan anak di lingkungan keluarga, pemanfaatan secara positif media massa, penyelenggaraan majlis ta’lim, kursus privat keagamaan, dan lain sebagainya.
Sesuai dengan realitas kehidupan yang terus bergerak semakin maju, integrasi ketiga je-nis institusi pendidikan Islam (pesantren, madrasah, sekolah), tampaknya merupakan alternatif paling baik. Misalnya, institusi pesantren dikelola secara profesional, di dalamnya ada madrasah, sekolah Islam atau bahkan perguruan tinggi, di mana peserta didik memperoleh lingkungan edukatif yang benar-benar menjamin kekokohan iman dan taqwa kepada Allah swt, di samping penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Menarik kiranya untuk dikemukakan contoh, ada pesantren yang semula dikenal tradisional dalam mengajarkan ilmu dan amaliah keislaman. De-ngan semangat ingin mencapai kualitas pendidikan Islam, akhirnya menyelenggarakan Sekolah Menengah Atas (SMA). Sesuai basis kepesantrenannya, peserta didik di sekolah tersebut tentu-lah menguasai bahasa Arab dengan baik, hafal nazhaman kitab Alfiyah yang seribu bait itu, dan trampil membaca kitab kuning. Melalui sistem pembelajaran di sebuah komplek asrama yang ter-tata rapi disertai disiplin dalam menjalankan aturan, ternyata peserta didik juga menguasai baha-sa Inggris, matematika, fisika, biologi, kimia dan ilmu pengetahuan umum lainnya dalam standar SMA Negeri terbaik di daerah itu.
Institusi dan aktifitas pendidikan Islam yang diselenggarakan dalam sebuah atmosfir bu-daya religius-edukatif, yang dikondisikan sedemikian rupa untuk memenuhi syarat profesional, akhirnya berhasil mewujudkan genersi muda Islami yang unggul, dalam pengetian kokoh meme-gang teguh ilmu dan menjalani amaliah keagamaan, sekaligus menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi menurut tuntutan zaman modern. Profil generasi muda muslim seperti itulah yang kira-nya menjadi idaman, yakni sosok kepribadian muslim yang sempurna, kompeten dalam urusan duniawi dan sekaligus religius bagi kepentingan ukhrawi. Bukan sebagaimana banyak terjadi, hebat dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, namun lemah di bidang keagamaan. Atau sebaliknya, menguasai ilmu dan amaliah keagamaan cukup mendalam, tetapi lemah dalam kehidupan duniawi. Islam tidak selaras dengan jenis-jenis kelemahan semacam itu, melainkan di dunia sejahtera dan di akhirat bahagia. Generasi unggul, adalah mereka yang berhasil mencapai kebahagiaan dunia dan sekaligus akhirat.
Generasi unggul menurut ukuran Islam dan Keindonesiaan, langkah perwujudannya tidak lain adalah dengan cara mengembang-kan model pendidikan yang di satu fihak menjamin terbentuknya peserta didik yang kokoh iman dan taqwanya kepada Allah swt, dan dilain fihak juga menguasai secara tuntas ilmu pengetahuan dan teknologi modern. Semoga dengan segala keterbatasan yang ada.
0 komentar:
Posting Komentar
lakukan yang terbaik